Rabu, 10 Februari 2021

SABAR NANTI SUBUR


    Kesabaran merupakan salah satu sifat manusia yang tidak dimiliki kebanyakan orang. Kesabaran perlu diuji atau dipelajari. Dia tidak serta merta ada sejak seseorang dilahirkan atau yang dikenal sifat bawaan.

Dalam khotbahnya seorang rohaniawan akan berkata KITA HARUS SABAR dan TABAH dalam menghadapi ujian hidup (ujian iman). Pada kenyataannya diapun belum tentu sabar ataupun tabah dalam menghadapi suatu persoalan.

Karena sebagian orang tidak dapat menumbuhkan sifat sabar dalam dirinya, maka ia akan berdalih dengan berbagai alasan untuk melempar tanggungjawabnya kepada orang lain, atau berusaha menyeret orang lain masuk dalam persoalan yang ia hadapi.

Menumbuhkan kesabaran dalam diri, bukanlah persoalan mudah. Untuk menumbuhkannya, dibutuhkan keberanian, kemauan, kesiapan,  tekad dan rela berkorban. Apabila salah satunya tidak dimiliki, maka kesabaran itu sulit dipelajari.

Jika sifat dasar di atas sudah dimiliki, maka yang dibutuhkan adalah PAKSA. Artinya, keberanian, kemauan, kesiapan,  tekad dan rela berkorban harus dipaksakan sehingga proses belajar kesabaran itu membuahkan hasil.

Apabila ingin menguji kesabaran atau mau belajar bersabar, maka jadilah pengasuh/penjaga orang sakit (stroke). Disitulah kesabaran anda akan teruji. Bagaimana tidak? Semua aktivitas anda tidak berjalan seperti yang direncanakan. Bahkan sebagian rencana kegiatan anda terpaksa harus dibatalkan.

Dapat dibayangkan apabila setiap 15 menit anda dipanggil hanya untuk memperbaiki posisi duduk atau posisi tidur? Apalagi dipanggil ketika anda hendak tidur? Jangan ditanya soal urusan kamar kecil, dimana dalam sehari bisa mencapai belasan kali.

Bersyukurlah bagi para penderita Stroke, yang memiliki banyak orang sabar di sekitarnya. Mereka akan mendapatkan pelayanan yang baik. Orang sabar sering dikuatkan dengan ungkapan “upahmu besar di sorga”.

Penderita stroke pada umumnya adalah orang tua yang memiliki banyak anak, tetapi tidak semua anak dapat menjadi pengasuh yang baik baginya, bahkan tidak ada sama sekali.

Pembaca sekalian tentu tidak asing lagi dengan ungkapan “Satu Orang Tua Dapat Mengurus dan Membesarkan Sepuluh Orang Anak, Tetapi Sepuluh Orang Anak Belum Tentu Dapat Mengurus Satu Orang Tua”

Berdalih dengan alasan kesibukan menjadi senjata usang untuk terhindar dari menjaga orang tuanya. Itu yang sering dijumpai pada hampir semua anak-anak yang orang tuanya merupakan penderita stroke.

Beranggapan bahwa, apabila tidak menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas, maka kesuksesan menjauh darinya. Padahal sebenarnya “berkarya di waklu luang itu biasa saja, namun berkarya di tengah kesibukan itu yang laur biasa, itu baru istimewa”(Noralia Purwa Yunita, M.Pd)

Dukungan pendamping bagi yang sudah berumah tangga baik isteri maupun suami dan anak-anak menjadi alasan berikutnya. Walaupun alasan ini tidak selalu nampak ketika ditanya, mengapa tidak menjaga orang tuanya?

Satu lagi alasan yang kerap digunakan adalah, tidak mengetahui kemauan si orang tua. Mengapa tidak mempelajarinya?

Ada sebuah ungkapan kuno yang bahkan masih dipercayai sampai sekarang mengatakan  “Banyak Anak, Banyak Rezeki”. Ungkapan ini seakan menjadi tidak berarti bagi orang tua ketika di masa tuanya ternyata anak-anaknya tidak mampu memberinya rezeki dalam bentuk perhatian.

Perhatian ini sering disalahartikan bahwa dengan memberinya materi berupa uang, barang bahkan fasilitas yang dibutuhkan sudah cukup. Perhatian yang dibutuhkan sebenarnya adalah kerelaan/keikhlasan/ketulusan menjaganya. Sedangkan materi menjadi prioritas berikutnya.

Orang yang dapat dikatakan sabar mungkin hanya akan ditemukan di panti-panti jompo, yang dengan tulus dan ikhlas serta sabar melayani sekian banyak orang tua yang dititipkan pada mereka.

Mengapa kesabaran menjadi sulit dipelajari? Maukah kita mencobanya? Yang penting ada tekad dan kemauan, maka sesuatu yang sulit akan menjadi mudah dipelajari.

Salam sehat!

25 komentar:

  1. Mantap...lanjutkan Pak. salam dari saya Pak Etik Kabupaten Pemalang, he he...

    BalasHapus
  2. Huuf benar..sabar memang mudah di ucapkan namun sangat susah untuk d lakukan jika tanpa niat yg tulus..

    BalasHapus
  3. Luar biasa gagasannya, tulisannya mantul Pak Kainan...

    BalasHapus
  4. Olala pak Kainan... saya jadi sedih baca ceritanya... karena saya calon ortu juga ๐Ÿ˜ญ

    BalasHapus
  5. Terimakasih bapak dan ibu atas kunjungannya๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™

    BalasHapus
  6. Benar pak, sabar mudah diucapkan namun sangat berat kita terapkan...terimakasih sudah mengingatkan melalui tulisannya Pak..๐Ÿ™

    BalasHapus
  7. Luar biasa semoga kita sabar ikhlas dan tawakal

    BalasHapus
  8. Satu Orang Tua Dapat Mengurus dan Membesarkan Sepuluh Orang Anak, Tetapi Sepuluh Orang Anak Belum Tentu Dapat Mengurus Satu Orang Tua

    Terimakasih atas kalimat tersebut..

    BalasHapus
  9. Apa kita bisa sama sabarnya, ketika orang tua kita mengurus kita dan kita mengurus orang tua

    BalasHapus
  10. Terkadang sulit melatih sebuah kesabaran apalagi ketika sudah berada dalam zona emosi

    BalasHapus
  11. Mantap,selagi orang tua kita masih ada,kita berikan perhatian,sediakan waktu khusus untuk merawatnya.

    BalasHapus
  12. Pak Inan, mantap uraiannya. Lima huruf yang mudah dibaca, sulit diterapkan.

    BalasHapus
  13. Mantap pak! Sabar dan syukur menjadi suatu hal yang baik tapi sulit dikerjakan

    BalasHapus
  14. Keren... tulisannya betul sekali sebagai manusia hrs sabar. Tetapi kenyataan sulit untuk bersabar

    BalasHapus
  15. Mantap sekali, Pak. Bahan pembelajaran yang baik bagi diri saya sendiri

    BalasHapus
  16. Tulisannya bagus, Pak.

    Apalagi sepenggal kalimat berikut banyak terjadi.

    Karena sebagian orang tidak dapat menumbuhkan sifat sabar dalam dirinya, maka ia akan berdalih dengan berbagai alasan untuk melempar tanggungjawabnya kepada orang lain, atau berusaha menyeret orang lain masuk dalam persoalan yang ia hadapi.


    BalasHapus
  17. mantap,,,
    tulisannya luar biasa

    BalasHapus

Cantikmu Menjanjikan Siang ganti malam, sabit ganti purnama, Seiring detakan jarum jam, Musimpun ikut berganti, Segenap makluk seakan ...